MARI BERSASTRA DAN BERKARYA

Di sini bukan arena pertarungan ala rimba, tapi coba setitik tinggal dilembah nurani sekedar menghisap tirta murni, sari pati puting ibu pertiwi dan cumbu illahi. Buat yang pernah berhenti dan mengajak menari, lalu dengan senyumnya yang tertinggal kembali melanjutkan perjalanannya tuk meraih sesuatu yang lebih berarti. Buat mereka semua yang mencoba jejakkan kakinya di tanah hati.

Beberapa genre dalam TEATER

 REALISME
Sejarah kemunculan realisme yang pada awalnya berkembang di Perancis, kemudian menyebar ke Eropa seperti di Inggris melalui tokoh-tokohnya yaitu Arthur Wing Pinero (1855-1934), Henry Arthur Jones (1851-1919), John Galsworthy (1867-1933) dan George Bernard Shaw, yang mengagumi Dramawan Norwegia yaitu Henrik Ibsen (1828-1906). Di Rusia-pun Drama realisme berkembang sesuai dengan kultur Rusia sendiri melalui tokoh-tokoh Dramawan yang terkenal ketika itu yaitu Nikolai Gogol (1809-1851), Alexander Ostrovsky (1823-1886), Ivan Torgenenev (1818-1883), Anton P, Chekov dan Stanilavsky.
Persoalan point of view (sudut pandang penceritaan) dalam realisme dapat di bagi dua yaitu komedi realis dan tragedi realis. Pembedaan seperti dapat kita lihat dari dua orang tokoh dramawan realisme yaitu Henrik Ibsen (mewakili tragedi realis) dan Anton P. Chekov (mewakili komedi realis). Ibsen membuat gaya drama dan cara penulisannya sebagai cara untuk memperindah dan menyempurnakan dramananya. Chekov menggunakan gaya impresionistik, di mana tokoh berbicara sendiri tentang nasib buruknya dan ditingkah oleh musik yang timbul tenggelam. Ibsen mengembangkan plot yang kuat berdasarkan perkembangan psikospriritual tokoh utama. Chekov tidak menghadirkan plot dengan kuat, hanya menonjolkan suasana haru, anggun dan mempesona. Ibsen menjalin peristiwa yang rasional berdasarkan satu tema tentang moral, Chekov menjalin peristiwa pada berbagai banyak persoalan dialog yang sedikit tapi penuh lukisan suasana pada komedi situasi dalam rangka menyentuh perasaan penonton.
Khairul Anwar (2004) menyatakan bahwa realisme dibagi dalam dua kategori yaitu realisme murni (naturalisme dan impresionisme) dan realisme epik. Naturalisme tumbuh menjadi sebuah gerakan kebudayaan yang aktif dan ekstrim dari realisme, yaitu sebuah gerakan yang didasari atas filsafat determinisme. Cara pandang determinisme adalah cara pandang yang menjelaskan bahwa manusia tidak bebas memilih, tetapi ditentukan oleh alam lingkungannya. Naturalisme sangat tertarik mengungkapkan aspek-aspek pembawaan sifat binatang dalam diri manusia yang seringkali terungkap secara brutal seperti kehidupan seks, kerakusan, ketamakan, kemiskinan dan kelaparan. Naturalisme mempercayai bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran adalah melalui penemuan ilmiah melalui lima panca indera manusia (empirisme). Dalam drama atau novel naturalistik banyak para wanita lembut yang melakukan skandal cinta. Dramawan atau sasterawan yang beraliran naturalisme menampilkan karya-karya mereka atas dasar kenyataan adanya naluri-naluri dasar yang berbahaya yang sedikitpun tidak diindahkan oleh manusia.
Filsuf Sigmon Freud menegaskan, bahwa naluri dasar manusia tersalurkan secara normal dan muncul secara tidak langsung dalam cara yang terdistorsi dan merusak. Drama ini penuh dengan kebusukan manusia dan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan. Panggung menggambarkan kenyataaan yang sebenarnya yang mereka ambil dari kehidupan yang nyata. Seperti pertunjukan Andre Antoine yang berjudul The Buchers (Tukang Jagal), ia menghadirkan setting naturalis dengan cara pentas dipenuhi dengan daging-daging sapi yang sebenarnya seperti toko daging para penjagal. Tokoh naturalisme yang sangat penting adalah Emile Zola (1840-1902), ia mengatakan: “ Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada penonton”.
Terdapat enam prinsip dalam pelatihan aktor Stanilavsky yaitu :
1. Aktor harus memiliki fisik prima, fleksibel dan vokal yang terlatih agar dapat memainkan berbagai peran.
2. Aktor harus mampu dalam melakukan observasi kehidupan, sehingga ia mampu menghidupkan akting melalui gestur, serta tidak mencipta vokal yang artifisial.
3. Aktor harus mampu menguasai kekuatas psikisnya untuk memperkaya imajinasinya. Kemampuan berimajinasi adalah kemampuan untuk mengingat kembali, sense of memory.
4. Aktor harus mengetahui dan memahami naskah lakon (analisis teks)
5. Aktor harus berkonsentrasi pada imaji, suasana dan intensitas panggung.
6. Aktor harus bersedia bekerja secara terus menerus dan serius mendalami pelatihan demi kesempurnaan diri dan penampilan perannya.
Dengan demikian metode akting yang dilakukan oleh Constatin Stanilavsky. Metode ini merupakan sebuah pendekatan bagi para aktor dalam melakukan penjelajahan imajinasi, pikiran dan tubuh dalam mencipta sebuah akting yang inner act (akting dari dalam) sehingga aktor mampu menjadi (to be) terhadap setiap karakter yang dipernkannya di atas panggung.
Selanjutnya kategori dari realisme tersebut adalah realisme epik. Realisme epik juga disebut sebagai realisme naratif. Drama realisme epik sangat berbeda dengan realisme yang berkembang pada tahun 1880 sampai dengan 1920-an. Banyak orang mengatakan bahwa drama atau teater realisme epik merupakan antitesa dari realisme itu sendiri. Drama realisme epik berbeda dengan ekspresionisme dan drama absurd yang hanya menyodorkan sepotong dari semua fragmen gambaran kongkrit dari dunia nyata.
Realisme epik mencoba masuk pada wilayah yang lebih luas, tidak hanya menekankan persoalan individu dalam masyarakat, tetapi juga persoalan yang melatar belakangi di luarnya yaitu persoalan politik, sosial dan ekonomi. Sehingga, realisme epik menghadirkan perspektif yang berbeda tentang manusia. Dalam drama epik, yang menonjol adalah setting dekorasi panggung yang dibuat ringkas atau simbolik, pemeran menggunakan topeng, nyanyian, pemeran membacakan pidato langsung kepada penonton, teknik menggunakan aside, teknik naratif, adanya pengumuman, penggunaan slide-projector, tabel, bagan, peta, film, tablo, latar belakan formal Elizabethan, layar yang sederhana.
Setting di dalam teater epik dikenal dengan setting yang multiple, dalam artian mempunyai banyak bagian yang hampir sama dengan penggunaan Mansion yang meriah dalam teater abad pertengahan. Semangat bagi kalangan realisme epik adalah bukanlah semangat romantik tetapi semangat untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan fakta keilmuan.